Assalamu’alaikum. Warohmatullahi wabarokatuh.
Sebelumnya saya sangat mengapresiasi adanya buku BERSIKAP ADIL KEPADA WAHABI karya penulis Ustadz AM Waskito yang berisi bantahan terhadap buku SEJARAH BERDARAH SEKTE SALAFI WAHABI karangan Syaikh Idahram yang menurut penulis Ustadz AM Waskito ini lebih tepat disebut buku provokasi dan propaganda anti wahabi. Di situ disebutkan Dustur Ilahi mengenai keutamaan berbuat adil kepada siapapun walau terhadap kaum yang kita benci sekalipun. Di sini saya sangat menghargai upaya penulis untuk berbuat adil. Karena saya mengetahui, sebenarnya penulis pun juga pernah menerbitkan buku yang berupa kritik terhadap kaum Salafi Wahabi sendiri. Yaitu buku Dakwah Salafi Dakwah Bijak dan Wajah Salafi Ekstrem di Duna Internet : Propaganda Menyebarkan Fitnah dan Permusuhan. Dari latar belakang tersebut, tampaknya penulis tidak diragukan lagi adalah sosok netral yang patut untuk diadikan penengah antar dua kelompok yang bertikai.
Namun, dibalik apresiasi saya, tetap diperlukan kritik dan koreksi terhadap isi buku tersebut karena saya sendiri menemui terdapat beberapa kekurangan dalam isi buku tersebut. Diantaranya sangat vital karena menyelisihi niat sang penulis sendiri untuk berbuat adil. Berikut perincian dari isi buku yang menurut saya keliru tersebut.
- Generalisasi Makna Sufi dan Kritik Terhadap Ustadz Arifin Ilham
Bila anda dengan susah payah memberi definisi tetap dalam buku anda soal istilah Wahabi, kenapa malah pada saat yang sama anda menggeneralisasi istilah sufi dan menyandangkan gelar pengikut sufikepada semua warga NU secara berlebihan? Pada halaman 156, anda menyatakan, “Kaum Sufi juga kerap menjauhkan ummat dari mencari ilmu, menikah dan bekerja; dengan alasan itu semua mengganggu pendakian makrifat menuju Allah”. Pada halaman selanjutnya anda menisbatkan gelar sufi pada Ustadz Arifin Ilham dan sikap ketidakkonsistenannya terhadap ajaran sufi karena memiliki 6 rumah dan hidup bermewah-mewahan. Saya menangkap upaya stigmatisasi anda terhadap Ustadz Arifin Ilham karena gaya dakwahnya yang sering menggelar jamaah zikir dan kedekatannya dengan Muammar Qadafi yang anda sebut sufi (padahal dari tulisan anda yang saya kutip tadi, sungguh sangat bertolak belakang. Sufi menjauhi dunia, sedangkan Qadafi malah menggerakkan revolusi untuk merebut kekuasaan). Tapi, sudahkah anda sendiri bertabayyun terhadap Ustadz Arifin Ilham bahwa beliau penganut sufi? Anda juga menyebut kaum NU sebagai sufi, padahal orang awam NU kebanyakan menikah, bekerja, berdagang, dan segala aktifitas dunia lainnya, itu jika mengacu kepada tulisan anda yang saya kutip tadi.
Jika anda mau membuka wawasan lebih luas lagi, tidak terkungkung dalam kejumudan pikiran yang selama ini mengurung anda, akan saya kutipkan tulisan dari blog pro-syiah https://ahmadsahidin.wordpress.com/2009/03/04/pseudosufisme/. Di sini perlu saya tekankan bahwa tidak ada salahnya kita mendengar dan mengetahui pembelaan diri musuh-musuh kita agar tercapai tujuan utama penulisan buku anda, yaitu berbuat adil walaupun kepada kaum syiah sekalipun. Dalam artikel tersebut, sebenarnya peranan kaum sufi dalam mengguncang dunia sangat banyak. Definisi sufi dalam buku anda yang saya kutip tadi sebenarnya adalah pseudosufisme yang jumud, para dukun mistis dan anti dunia sedangkan sufi sejati telah sangat besar jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan di masa lalu. Ini menurut blog yang pro syiah tadi lho, dan saya sendiri saya tegaskan sangat anti terhadap syiah. Cuma sebagai tambahan referensi saja.
Bahkan, menurut klaim penganut sufi, sang pembebas Konstantinopel, yang pribadinya dipuji nabi sebagai sebaik-baik pemimpin juga adalah penganut sufi. http://warkoplalar.blogspot.com/2011/04/daulah-utsmaniyyah.html. Entah benar ataupun tidak, menurut saya soal sufi atau tidak sufi sebenarnya hanya masalah klim-klaiman semata.
Dan perlu diingat, sufi telah berkelompok-kelompok menjadi banyak thariqat, ada thariqat yang memang sudah pasti dinyatakan sesat, misalnya Ahmadiyyah. Jadi saran saya, untuk memenuhi syarat keadilan, seperti halnya anda yang memberi definisi tetap mengenai istilah wahabi dalam buku anda, alangkah bijaknya anda juga memberi definisi tetap pada istilah tasawuf/sufi. Misalnya, sufi yang anti dunia, wihdatul wujud, suka pakai jimat, wirid-wirid khusus dan semacamnya dinamakan pseudosufisme. Sedangkan sufi yang benar-benar sufi contohnya warga NU dan kalangan tradisionalis lainnya. Jadi tidak ceroboh dalam menggeneralisasi sufi, mencampuradukkan antara sikap anti dunia dengan sikap Ustadz Arifin Ilham yang notabene sufi versi tradisi NU. Jadi anda seakan-akan juga berpropaganda bahwa sufinya Indonesia tidak konsisten dalam menjalankan ajaran sufinya.
- Menuduh Khilafah Utsmani menyerahkan Libya secara sukarela kepada Italia atas konsekuensi bergabungnya Khilafah dalam Perang Dunia 1.
Di sini anda telah melakukan kesalahan fatal;
– Libya diduduki Italia melalui perang. Pada tahun 1911, Italia menyatakan perang melawan Khilafah di Libya. Sehingga Khilafah terpaka mundur dari Libya. Jadi bukan karena ketertundukannya terhadap Blok Central.
– Yang menggerakkan Utsmani terjun dalam kancah PD 1 bukanlah pemerintahan Khalifah tapi oleh organisasi persatuan pembangunan yang secara de facto mengontrol pemerintahan (Lihat Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah karangan Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi). Sebagaimana diketahui, organisasi persatuan pembangunan yang mendominasi parlemen mencopot Khalifah terkuat Utsmani saat dalam masa-masa senjanya sebagai The Sickman of Europe, Sultan Abdul Hamid. Praktis, Sultan Muhammad yang dibaiat setelahnya hanya sebagai boneka. Kelompok inilah yang mengarahkan Khilafah ke dalam PD 1.
– Italia memang pada awalnya merupakan anggota blok sentral bersama Jerman dan Austro Hongaria dan secara terbuka menyatakan dukungannya kepada Blok Sentral, tapi tidak pernah terlibat langsung dalam peperangan. Bahkan, Italia malah mengkhianati sekutunya tersebut dan bergabung dalam blok sekutu.
Demikianlah kritik saya yang sangat singkat ini, demi menjaga niat baik kita semua secara umum dan Ustadz Waskito secara khusus, yaitu berbuat ADIL. Saya tidak mau berpanjang-panjang karena saya sadar, ilmu saya tidak lebih hebat daripada Ustadz Waskito. Wassalamu’alaikum. Warohmatullahi wabarkatuh.